Ayo Belajar Kaidah Pantun

 

Mawar sekuntum tumbuh di taman,

Daun salam tumbuh di kota,

Assalamu’alaikum saya ucapkan,

Sebagai salam pembuka kata.

 

Banjir kanal tanahnya lempung,

Membabat semak di pinggir kali,

Salam kenal saya mas Mif guru kampung,

Dari Demak berjuluk kota Wali.

 

Suguhan pantun pembuka sembelum narasumber memaparkan materi.

Pada pertemuan kali ini akan dibahas tuntas tentang PANTUN. Apa itu pantun, bagaimana kaidah pantun dan praktik mudah membuat pantun.

 

MENGENAL PANTUN

Ketika mendengar kata pantun biasanya yang terlintas adalah terdapat sampiran dan isi bersajak ab ab. Pantun biasanya terdiri dari 8-12 suku kata, terdapat sampiran dan isi, setiap akhiran (rima) memiliki suku kata yang sama.

Beberapa pertunjukkan pantun bersifat narasi, mislanya Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakkan struktur “pantun” untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah local dengan iringan genderang.

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

PANTUN TRADISI BUDAYA INDONESIA

Pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014.

Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).

Hari Pantun diperingati setiap tanggal 17 Desember.

DEFINISI PANTUN

DEFINISI PANTUN MENURUT BEBERAPA AHLI

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Pantun menggambarkan adanya sikap sopan dan santun.

Tuntun (Pampanga): teratur, Tonton (Tagalog): mengucapkan sesuatu dengan susunan yang teratur, Tuntun (Jawa Kuno): benang, Atuntun: teratur, Matuntun: pemimpin, Panton (Bisaya): mendidik, Pantun (Toba); kesopanan atau kehormatan (Hussain, 2019). Pantun disususn dari kata yang teratur dan tidaksembarangan

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019). Pantun sebagai penuntun serta tunjuk ajar.

Pantun adalah termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020).

PANTUN DIBERBAGAI DAERAH INDONESIA

TAPANULI

Menurut Suseno (2006) di Tapanuli pantun dikenal dengan nama ende-ende.

Contoh:

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Artinya:

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang bulan purnama.

SUNDA

Pantun dikenal dengan nama paparikan.

Contoh:

Sing getol nginam jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan elmu,

Gunana dunya akhirat.

Artinya:

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah menuntut ilmu,

Berguna bagi dunia akhirat.

JAWA

Pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.

Contoh:

Kabeh-kabeh gelung konde,

Kang endi kang gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang endi sing durung ana.

Artinya:

Semua bergelung konde,

Manakah yang gelung Jawa,

Semua telah ada yang punya,

Mana yang belum dipunya.

FUNGSI PANTUN

Pertama, Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.

Kedua, Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.

Ketiga, Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

KARAKTERISTIK PANTUN

Satu bait terdiri atas empat baris

Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata

Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata

Bersajak a-b-a-b

Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang

Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud

Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang

Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud

Jadi antara baris pertama kedua, itu tidak berhubungan dengan baris ketiga dan keempat

Pantun karmina atau pantun kilat, baris 1 sampiran, baris 2 isi

PANTUN, SYAIR DAN GURINDAM


SYAIR

Contoh syair:

Ke sekolah janganlah malas,

Belajar rajin di dalam kelas,

Jaga sikap janganlah culas,

Agar hati tak jadi keras.

Semua barisnya, berakhiran bunyi as yang sajaknya disebut a a a a, pada tiap barisnya saling berhubungan. Jumlah kata dan suku kata hampir sama dengan pantun.

 GURINDAM

Contoh Gurindam:

Jika selalu berdoa berdzikir,

Ringan melangkah jernih berpikir.

gurindam itu terdiri dua baris

baris 1 sebab, baris 2 akibat.

sebab : berdoa berdzikir

akibat : jernih berpikir

jumlah kata dan suku kata juga sama dengan pantun

bunyi akhir 1 dan 2 = kir

maka sajaknya a a 

RIMA DALAM PANTUN

Pertama, Rima/bunyi akhir yang sama hanya di akhir baris. Maka disebut degan rima akhir.

Contoh:

Makan nasi ditambah kerupuk ku lit,

paling lahap makannya di tepi saw ah,

membuat pantun memanglah su lit,

jika diasah akanlah jadi mud ah.

 

Kedua, Pantun yang menggunakkna rima tengah dan akhir.

Contoh:

Mawar sekuntum tumbuh di tam an,

Daun salam tumbuh di ko ta,

Assalamualaikum saya ucapk an,

Sebagai salam pembuka ka ta.

 

Mawar sekunt _um tumbuh di tam _an,

Daun sa lam tumbuh di ko ta,

Assalamualaik um saya ucapk an,

Sebagai sa lam pembuka ka ta.

 

Ketiga, Rima awal, tengah dan akhir

Contoh:

Jangan dipetik si dau sirih,

Jika tidak dengan gagangnya,

Jagn diusik orang berkasih,

Jika tidak dengan sayangnya.

 

Keempat, Rima lengkap

Contoh:

Bagai patah tak tumbuh lagi,

Rebah sudah selasih di taman,

Bagai sudah tak suluh lagi,

Patah sudah kasih idaman. 

TIPS MEMBUAT PANTUN

Pertama, mencari bunyi akhir yang sama.

Kedua, buat isinya terlebih dahulu, kemudian barulah sampiran, dahulukan mencari kalimat pada baris ke3 dan ke 4 dan sesuaikan rimanya.

Ketiga, dalam membuat pantun jangan memakai nama orang atau merk dagang. Mislanya: Mpok Elly membeli Pepsodent karena itu akan mengurangi keindahan diksi.

Keempat, lihat tanda baca pada setiap akhir baris. Baris ke 1, 2 dan 3 diakhiri tanda koma sedangakan baris ke 4 diakhiri tanda titik.

Semoga dengan materi pada pertemuan kali ini, dapat menggugah dan dapat membuat pantun kejalan yang benar, sesuai dengan kaidah pantun. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pustaka AI: Mengarungi Dunia Baru Menulis Buku Ajar dengan AI (Artificial Intelligence)

Kiat Menulis Cerita Fiksi

Menulis Itu Mudah