Writing By Heart
WRITING BY HEART
Hati adalah raja, sedangkan anggota tubuh adalah
prajuritnya. keduanya tentu saling membutuhkan.
Aku membutuhkanmu seperti jantung yang membutuhkan detaknya.
Kita merasai senang, suka, sedih, bingung, khawatir, bahkan
jatuh cinta dan patah hati menggunakkan hati (Heart). jangan sampai main hati yah nanti bisa-bisa patah hati. eaah,,,
Segala yang kita sampaikan dari hati, maka akan sampai ke
hati pula.
Bagaimana jika menulis dengan melibatkan hati, apakah akan
sampai pula ke hati pembacanya?
Terus bagaimana caranya? Tekniknya apakah sama?
Pada pertemuan ke 9 ini akan membahas tuntas bagaimana cara menulis dari hati. Yuk simak penjelasan ibu Narasumber berikut ini.
Writing by Heart Menulis dengan Hati, sesuatu yang dituis
dengan hati maka akan sampai di hati pula.
Tips Menulis dengan Hati
1. Libatkan emosi.
Emosi disini yaitu emosi yang positif
Tulis apa saja yang kita rasakan, kita amati, dan kita
dengarkan. Tulis semuanya apa adanya, tanpa perlu diedit terlebih dahulu.
Jika kita menulis sambil mengedit tulisan kita tidak
akan jadi.
Saat menulis libatkan emosi kita. Beri warna dan rasa pada tulisan
kita.
Saat kita menuliskan tentang kesedihan gambarkan kesedihan
itu. Bagaimana rasanya sedih, tulis saja seperti kita sedang berbicara curhat
pada sahabat kita jika kita sedang
sedih.
Saat kita sedang marah sampaikan rasa amarah itu dalam kata kata.
Sehingga seolah pembaca merasakan aura kemarahan kita.
Jika kita dapat mengolah Susana dan emosi yang kemudian kita
tuangkan ke dalam tulisan maka tulisan yang dibuat akan memiliki rasa buat
pembaca, sehingga pembaca dapat menikmati tulisan yang dibuat.
Apabila sedang dalam keadaan marah atau sedih jangan
dipaksakan menulis yang menyenangkan karena feel kita tidak sesuai dengan ide
yang akan ditulis. Dan tentu saja rasanya pun tidak akan sampai ke pembaca. Kira-kira
akan kurang kemistrinya sperti sayur
yang kurang garam.
Ketika menulis, jangan tagu untuk menuangkan semua ide yang
kita miliki. Anggap saja sperti menulis diary namun dengan berbagai bentuk
tulisan. Saat sudah terbiasa maka menulis akan terasa menyenangkan dan mengalir
begitu saja, bahkan akan kecanduan.
2. Libatkan Panca Indera
Tiga sahabat itu meringkuk ketakutan. Di tengah samudra biru,
mereka terombang-ambing diatas kapal yang sudah lubang sana sini. Tangan mereka
terikat jaring dengan kuat, sementara mulut kelu dalam gigil kedinginan.
Dari kejauhan
Sesosok makhluk yang besar semakin mendekati mereka.
Makhluk itu sangat besar, tingginya melebihi pohon kelapa.
Badannya sebesar gedung tingkat delapan. Surainya mencuat tinggi berwarna
keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa yang mereka lihat. Matanya yang
merah menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan ekornya dengan kuat.
Byuuuurrrr, seketika air laut bergejolak setinggi 30 meter. Baju
mereka basah kuyup, rasa dingin bukan masalah terbesar mereka.
Tapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu semakin mendekati mereka.
Satu ayunan sirip lagi, akan tiba dihadapan mereka.
Ooh bagaimana nasib ketiga sahabat itu selanjutnya?
Apa yang pembaca rasakan? Ketika kita membaca potongan cerita di atas serasa ikut terbawa kedalam ceritanya. Ikut mersakan dingin dan ketakutan seperti ketiga sahabat itu bukan!
Intinya, jadikan setiap tulisan kita memiliki emosi ada rasa
didalamnya baik itu rasa senang, sedih dengan melibatkan panca indera sperti melihat,
mendengar, membau. Sehingga pembaca terbawa dalam lautan cerita pada tulisan
yang mereka baca.
3. Tulis sesuatu yang kita
sukai
Jangan menulis yang tidak kita suka. Jika kita menulis
dengan topik yang tidak kita suka maka itu akan berupa ragkaian huruf tanpa
nyawa. Nol, kosong tidak ada ruh didalamnya dan itu tak akan membekas di hati
pembaca.
Menulis bukan sekedar kata-kata tetapi ada rasa didalamnya. Tidak
cukup hanya pengetahuan seorang penulis harus memiliki pemahaman. Pemahaman tersebut
dimulai dari memahami diri sendiri dan barulah dapat memhami orang lain.
Penulis yang punya rasa akan menjadi sensitif dan mampu
menangkap banyak hal. Efek ke tulisan, tulisannya akan menjadi lebih dalam dan
dapat dimaknai oleh pembaca karena menyentuh pembaca. Dengan melibatkan rasa,
penulis akan merasakan pengalaman keterlibatan sesuatu yang menggelegak dari
dalam dirinya dan hal itu kemudian akan ditangkap oleh pembacanya.
Menulis adalah seni. Seni adalah keindahan. Seni adalah
kreativitas. Seni juga bisa berarti jalan. Dengan seni, penulis memiliki jalan
yang otentik di dalam karya-karyanya yang sulit ditiru oleh orang lain. Jadi
hal ini adalah sebuah ciri khas mendalam dari penulis.
4. Jangan Mengharap Pujian.
Jika kita menulis hanya karena pujian, orientasi kita bukan
pada segi manfaat tulisan kita.
Tapi semata mata karena ingin dipuji.
Dan saat tulisan kita sepi dari pujian maka kita akan
badmood bahkan malas untuk menulis.
5. Who dan Do.
Who artinya kenali siapa yang akan membaca tulisan kita.
Jika kita ingin tulisan kita mengena pada remaja maka
posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari gaya bahasa, topik dan hal- hal
yang lagi digandrungi remaja.
Jadikan diri bpk/ibu sebagai pembaca.
Do artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca.
Dengan harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan
sesuai tujuan tulisan kita.
6. Read And Read.
Seorang penulis hendaknya suka membaca.
Ibarat kendaraan maka membaca adalah bahan bakar seorang
penulis. Dengan membaca kita akan kaya akan ide, bahasa dan bahan menulis.
Dikutip dari Rencanamu.id (24/09/18), hasil dari penelitian
Stephen D. Krashen dalam bukunya yang berjudul Writing: Research, Theory, and
Application , bahwa ada hubungan antara kegiatan membaca dan menulis. Responden
yang merupakan para penulis itu ternyata gemar membaca sejak kecil dan mengaku
sudah terbiasa menulis sejak masih sekolah.
Jadi, semakin banyak seseorang membaca, wawasan dan
pengatahuannya pun akan semakin luas, sehingga memiliki banyak referensi atau
ide untuk menulis.
7. Jujur
Mulutmu bisa berbohong tapi tulisanmu tidak.
Kata orang apa yang tertulis tak mampu berbohong bahwa
tulisan adalah isi hati penulis, saat matamu bisa berbohong maka tulisanmu
tidak, artinya tulisan kita adalah gambaran dari kita.
8. Konsisten.
Poin yang ke 8 ini sangat mudah dikatakan tapi susah
dilakukan.
Ibarat berjalan selalu ada karang yang menghadang
Angin badai menerpa, meruntuhkan kesadaran.
Tapi yakinlah itu semua hanya kerikil tajam sandungan
Kan memperkokoh genggaman tangan dalam satu tujuan yakni
menjadi penulis
Saat lelah mendera, pikiran buntu, atau writer block
menyerang istirahatlah. Tapi setelah itu ayunkan kaki lebih tinggi.
Tulisan yang dibuat dengan hati akan sampai pada hati pula.
Tulisan itu akan membius dan membekas dihati pembacanya.
Saat tulisan kita memiliki soul, maka tulisan itu tidak akan
membosankan. Melekat dalam ingatan.
Manfaat Menulis dengan hati:
1. Lebih menyentuh pembaca
Tulisan yang dihasilkan dari luapan emosi, akan lebih
menggugah pembaca. Sebaiknya tulisan yang datar, akan terasa membosankan.
Saat menulis, Anda tidak hanya memproduksi kata-kata, namun
Anda tengah memproduksi rasa. Maka hadirkan perasaan dan emosi positif saat
menulis. Instal dalam diri Anda emosi positif sehingga membanjiri diri Anda
selama proses menulis. Emosi positif ini akan membimbing untuk terus menerus
mengeluarkan kata-kata.
Coba rasakan tulisan Anda yang terbimbing oleh emosi
positif, pasti sangat berbeda dengan apabila tulisan terbimbing oleh emosi
negatif.
2. Cerita lebih Nyata
Ketika kita sedang menulis sebuah novel sepenuh jiwa, maka
tulisan tersebut akan memiliki nyawa dan seolah-olah bisa dirasakan secara
nyata oleh pembaca. Kita pasti pernah kan membaca sebuah buku yang membuat kita
merasa masih larut dalam cerita meskipun sudah selesai membacanya? Bisa jadi
penulis buku tersebut sangat menjiwai tulisannya.
3. Lebih mudah menyusun cerita.
Tentu kita pernah merasakan Writer Block . Tak ada
ide menulis.
Jangankan menulis paragraf. Membuat kalimat saja kadang tak
terangkai.
Maka cobalah menulis dengan hati.
Tulis semua yang ada disekeliling kita, rasakan dengan
indera kita.
Tulis saja, tanpa mengindahkan kaidah penulisan.
Tulis seolah kita berbicara.
Menulislah dengan berbagi rasa lewat abjad, dan menyentuh
hati pembaca lewat tulisan.
Bandingkan dua tulisan ini
Contoh menulis melibatkan hati dan tidak melibatkan hati
1. Hari ini hujan turun dengan lebat. Budi sang penjual
koran duduk kedingian di trotoar dengan menahan rasa lapar.
2. Awan mendung terlihat menghitam, suara tetesan hujan
semakin menderas. Sesekali terdengar cahaya kilat dan suara petir memekakkan
telinga. Si budi kecil penjual koran, menggigil dalam beku. Matanya perih
menahan tetesan hujan. Mulutnya membiru, seakan membeku. tangan dan kakinya
kelu dan lunglai menahan lapar seharian. Tuhan berikan rezeki untuk bisa
kumakan hari ini pintanya syahdu memandang awan kelabu.
Tergambar jelas di nomer 2 yang terasa hidup ketika orang membacanya.
Menulis adalah jiwa, ibarat raga tanpa jiwa akan hampa. begitupula dengan menulis tanpa hati akan mati. Salam literasi untuk Negeri.
Mantap resumenya ibu.. Semoga kita tetap konsisten ya bu...
BalasHapusMotivasi saya ya bu.. Hehe
Semangat buat buku solo buat kita yes
HapusMenulis dengan hati akan lebih mengena dan mudah dipahami.
BalasHapusResume semakin oke
mksi sdh mampir Mba Um love sekebon
HapusResumenya bagus, rapi. Semangat terus untuk menulis.
BalasHapusmaksi bu eka semangat sllu ya buat kita, saling memotivasi.
HapusKereen loooh, rapi pisaan
BalasHapusHanupis uda mampir bund
HapusMantap jiwaa
BalasHapusLuar Biasa, mantap👍👍
BalasHapusKeren bgt. Rapih urain tulisannya
BalasHapusSuka bacanya... cemunguuuttt.... :)
BalasHapus